jalan menuju keberhasilan

Senin, 25 Juli 2011

Kumpulan Asuhan Keperawatan Askep BBLR Askep Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Pengertian

Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah (WHO, 1961).

Dalam hal ini dibedakan menjadi :
  1. Prematuritas murni
    Yaitu bayipada kehamilan <>berat badan sesuai.
  2. Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)
    Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia kehamilan.


Kamis, 14 Juli 2011

ASKEP GADAR PERDARAHAN


Definisi 
 Perdarahan terjadi jika pembuluh darah putus atau pecah.
 Perdarahan luar
 Perdarahan dalam
 Perdarahan hebat, dapat membahayakan shock hipovolemik 
 Klafisikasi : perdarahan kapiler, perdarahan arteri, perdarahan vena.

Asuhan Keperawatan

Pengkajian


  • Pengkajian ABCD, pucat, kulit dingin dan lembab, tekanan darah turun, nadi cepat tapi lemah, nafas dalam dan cepat, menurunnya produksi urine.

  • Diagnosa keperawatan

  • Kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan darah aktif.

  • Penurunan kardiak output berhubungan dengan penurunan preload, kehilangan darah.

  • Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan kehilangan darah.

  • Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan perfusi otak.

  • Tujuan keperawatan 
     Mengontrol perdarahan.
     Mempertahankan volume darah sirkulasiadekuat untuk oksigenasi.
     Mencegah shock.


    ULCUS DEKUBITUS

    Definisi
    Ulkus dekubitus adalah kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan dari bawah kulit bahkan menembus otot sampai mengenai tulang, akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus – menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah.
    Ulkus dekubitus adalah ulkus yang ditimbulkan karena tekanan yang kuat oleh berat badan pada tempat tidur.
    Luka dekubitus adalah nekrosis pada jaringan lunak antara tonjolan tulang dan permukaan padat, paling umum akibat imobilisasi.

    Etiologi
    a) Tekanan
    b) Kelembaban
    c) Gesekan



    Asuhan Keperawatan Hipertensi


    PENGKAJIAN
    1. Aktivitas / istirahat
    Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
    Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
    2. Sirkulasi
    Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler
    Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin
    3. Integritas Ego
    Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, factor stress multipel
    Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara
    4. Eliminasi
    Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
    5. Makanan / Cairan
    Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
    Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
    6. Neurosensori
    Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
    Tanda :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optik
    7. Nyeri/ketidaknyamanan
    Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen
    8. Pernapasan
    Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
    Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis
    9. Keamanan
    Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
    Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi psotural
    10. Pembelajaran/Penyuluhan
    Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit ginjal
    Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon



    Asuhan Keperawatan Bronkiektasis





    Pengkajian

    1. Riwayat atau adeanya faktor-faktor penunjang
      • Merokok produk tembakau sebagai factor penyebab utama
      • Tinggal atau bekerja daerah dengan polusi udara berat
      • Riwayat alergi pada keluarga
      • Ada riwayat asam pada masa anak-anak.

    2. Riwayat atau adanya faktor-faktor pencetus eksaserbasi seperti :
      • Allergen (serbuk, debu, kulit, serbuk sari atau jamur)
      • Sress emosional
      • Aktivitas fisik yang berlebihan
      • Polusi udara
      • Infeksi saluran nafas
      • Kegagalan program pengobatan yang dianjurkan

    3. Pemeriksaan fisik berdasarkan focus pada system pernafasan yang meliputi :
      • Kaji frekuensi dan irama pernafasan
      • Inpeksi warna kulit dan warna menbran mukosa
      • Auskultasi bunyi nafas
      • Pastikan bila pasien menggunakan otot-otot aksesori bila bernafas :
        • Mengangkat bahu pada saat bernafas
        • Retraksi otot-otot abdomen pada saat bernafas
        • Pernafasan cuping hidung
      • Kaji bila ekspansi dada simetris atau asimetris
      • Kaji bila nyeri dada pada pernafasan
      • Kaji batuk (apakah produktif atau nonproduktif). Bila produktif tentukan warna sputum.
      • Tentukan bila pasien mengalami dispneu atau orthopneu
      • Kaji tingkat kesadaran.

    4. Pemeriksaan diagnostik meliputi :
      • Gas darah arteri (GDA) menunjukkan PaO2 rendah dan PaCO2 tinggi
      • Sinar X dada memunjukkan peningkatan kapasitas paru dan volume cadangan
      • Klutur sputum positif bila ada infeksi
      • Esei imunoglobolin menunjukkan adanya peningkatan IgE serum
      • Tes fungsi paru untuk mengetahui penyebab dispneu dan menentukan apakah fungsi abnormal paru ( obstruksi atau restriksi).
      • Tes hemoglobolin.
      • EKG ( peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF dan aksis vertikal.

    5. Kaji persepsi diri pasien
    6. Kaji berat badan dan masukan rata-rata cairan dan diet.

    Diagnosa Keperawatan
    1. Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret atau sekresi kental.
    2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah, produksi sputum, dispneu

    Rabu, 13 Juli 2011

    DEMAM,BATUK,PILEK





    Demam, batuk dan pilek sering disebut dengan influenza. Influenza (flu) adalah suatu infeksi virus yang menyebabkan demam, hidung meler, sakit kepala, batuk, tidak enak badan (malaise) dan peradangan pada selaput lendir hidung dan saluran pernafasan.

    PENYEBAB


    Virus influenza tipe A atau B. Virus ditularkan melalui air liur terinfeksi yang keluar pada saat penderita batuk atau bersin; atau melalui kontak langsung dengan sekresi (ludah, air liur, ingus) penderita.

    GEJALA


    Influenza berbeda dengan common cold. Gejalanya timbul dalam waktu 24-48 jam setelah terinfeksi dan bisa timbul secara tiba-tiba. Kedinginan biasanya merupakan petunjuk awal dari influenza. Pada beberapa hari pertama sering terjadi demam, bisa sampai 38,9-39,4?Celsius. Banyak penderita yang merasa sakit sehingga harus tinggal di tempat tidur; mereka merasakan sakit dan nyeri di seluruh tubuhnya, terutama di punggung dan tungkai. Sakit kepala seringkali bersifat berat, dengan sakit yang dirasakan di sekeliling dan di belakang mata. Cahaya terang bisa memperburuk sakit kepala. Pada awalnya gejala saluran pernafasan relatif ringan, berupa

    AMOXICILLIN 500 INF


    KOMPOSISI :

    Tiap kapsulmengandung Amoxicillin Anhidrat 250 mg
    Tiap kaplet mengandung Amoxicillin Anhidrat 500 mg

    CARA KERJA OBAT :


    Amoxicillin adalah senyawa Penisilina semisintetik dengan aktivitas antibakteri spektrum luas yang bersifat bakterisid, efektif terhadap sebagian besar bakteri gram positip dan beberapa gram negatip yang patogen. Bakteri patogen yang sensitif terhadap Amoxicillin antara lain : Staphylococci, Streptococci, Enterococci, S. pneumoniae, N. gonorrhoeae, H influenzas, E. coli, dan P. mirabiiis. Amoxicillin kurang efefktif terhadap species Shigella dan bakteri penghasil beta laktamase.
     


    HAEMOGLOBIN (Hb)


    >> Selasa, 12 Mei 2009

    Haemoglobin adalah kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi. Kompleks tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul haemoglobin memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat rantai globin. Terdapat beberapa bentuk haaemoglobin : tipe fetal (HbF)  dan dua bentuk utama haemoglobin dewasa (HbA1 dan HbA2). Haemoglobin membawa oksigen, sebagian karbondioksida dan mendapat perubahan pH.
    Glycosylated haemoglobin (HbA1) ---> kadar HbA1 menunjukkan kadar gula darah selama periode beberapa bulan dan dapat digunakan untuk menilai derajat pengendalian pada Diabetes mellitus.
    Nilai normal Hb untuk laki-laki adalah 13 gr% - 18 gr%, dan untuk wanita adalah 11,5 gr% - 16,5 gr% (Brooker, 2001).



    CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE)/Gagal ginjal kronik (GGK)

    A. PENGERTIAN

    Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626)
    Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368)
    Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)
    Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)

    B. ETIOLOGI
    Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler (nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik), agen nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes). (Doenges, 1999; 626)
    Penyebab GGK menurut Price, 1992; 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara lain:
    • Infeksi misalnya pielonefritis kronik
    • Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
    • Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
    • Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
    • Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis tubulus ginjal
    • Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
    • Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
    • Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.

    C. PATOFISIOLOGI
    Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)
    Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
    Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
    • Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
    Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan penderita asimtomatik.
    • Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
    Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.
    • Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)
    Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992: 813-814)

    D. MANIFESTASI KLINIS
    1. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):
    a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi
    b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
    2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin – aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
    3. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
    a. Sistem kardiovaskuler
    • Hipertensi
    • Pitting edema
    • Edema periorbital
    • Pembesaran vena leher
    • Friction sub pericardial
    b. Sistem Pulmoner
    • Krekel
    • Nafas dangkal
    • Kusmaull
    • Sputum kental dan liat
    c. Sistem gastrointestinal
    • Anoreksia, mual dan muntah
    • Perdarahan saluran GI
    • Ulserasi dan pardarahan mulut
    • Nafas berbau amonia
    d. Sistem muskuloskeletal
    • Kram otot
    • Kehilangan kekuatan otot
    • Fraktur tulang
    e. Sistem Integumen
    • Warna kulit abu-abu mengkilat
    • Pruritis
    • Kulit kering bersisik
    • Ekimosis
    • Kuku tipis dan rapuh
    • Rambut tipis dan kasar
    f. Sistem Reproduksi
    • Amenore
    • Atrofi testis

    E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
    Menurut Suyono (2001), untuk menentukan diagnosa pada CKD dapat dilakukan cara sebagai berikut:
    1. Pemeriksaan laboratorium
    Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem dan membantu menetapkan etiologi.
    2. Pemeriksaan USG
    Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa pembesaran ginjal.
    3. Pemeriksaan EKG
    Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit

    F. PENCEGAHAN
    Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan sering kali tidak menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan kejadian yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian terhadap peningkatan kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan urinalisis.
    Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada pengobatan masalah medis dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan orang pada waktu mengalami stress (infeksi, kehamilan). (Barbara C Long, 2001)

    G. PENATALAKSANAAN
    1. Dialisis (cuci darah)
    2. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium, furosemid (membantu berkemih)
    3. Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat
    4. Transfusi darah
    5. Transplantasi ginjal

    H. PATHWAY

    J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
    Menurut Doenges (1999) dan Lynda Juall (2000), diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien CKD adalah:
    1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat.
    2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan udem sekunder: volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O.
    3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.
    4. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder, kompensasi melalui alkalosis respiratorik.
    5. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai O2 ke jaringan menurun.
    6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat, keletihan.


    J. INTERVENSI
    1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat
    Tujuan:
    Penurunan curah jantung tidak terjadi dengan kriteria hasil :
    mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
    Intervensi:
    a. Auskultasi bunyi jantung dan paru
    R: Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur
    b. Kaji adanya hipertensi
    R: Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron-renin-angiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal)
    c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya (skala 0-10)
    R: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri
    d. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas
    R: Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia

    2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema sekunder : volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O)
    Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan kriteria hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output
    Intervensi:
    a. Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital
    b. Batasi masukan cairan
    R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi
    c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
    R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan
    d. Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan haluaran
    R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output

    3.Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah
    Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil: menunjukan BB stabil
    Intervensi:
    a. Awasi konsumsi makanan / cairan
    R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
    b. Perhatikan adanya mual dan muntah
    R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi
    c. Beikan makanan sedikit tapi sering
    R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan
    d. Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan
    R: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial
    e. Berikan perawatan mulut sering
    R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut yang dapat mempengaruhi masukan makanan

    4. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder: kompensasi melalui alkalosis respiratorik
    Tujuan: Pola nafas kembali normal / stabil
    Intervensi:
    a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
    R: Menyatakan adanya pengumpulan sekret
    b. Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam
    R: Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2
    c. Atur posisi senyaman mungkin
    R: Mencegah terjadinya sesak nafas
    d. Batasi untuk beraktivitas
    R: Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau hipoksia

    5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis
    Tujuan: Integritas kulit dapat terjaga dengan kriteria hasil :
    - Mempertahankan kulit utuh
    - Menunjukan perilaku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit
    Intervensi:
    a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler, perhatikan kadanya kemerahan
    R: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan dekubitus / infeksi.
    b. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa
    R: Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan
    c. Inspeksi area tergantung terhadap udem
    R: Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek
    d. Ubah posisi sesering mungkin
    R: Menurunkan tekanan pada udem , jaringan dengan perfusi buruk untuk menurunkan iskemia
    e. Berikan perawatan kulit
    R: Mengurangi pengeringan , robekan kulit
    f. Pertahankan linen kering
    R: Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit
    g. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan pada area pruritis
    R: Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko cedera
    h. Anjurkan memakai pakaian katun longgar
    R: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit

    6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat, keletihan
    Tujuan: Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi
    Intervensi:
    a. Pantau pasien untuk melakukan aktivitas
    b. Kaji fektor yang menyebabkan keletihan
    c. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat
    d. Pertahankan status nutrisi yang adekuat


    DAFTAR PUSTAKA

    Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
    Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
    Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
    Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
    Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

    Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai Penerbit FKUI
    Designed by Berita Update - Belajar SEO dan Blog | Copyright of ARTIKEL KESEHATAN.
     
    Copyright © 2012 ARTIKEL KESEHATAN | Design by Christian Tatelu | Download this template here!