jalan menuju keberhasilan

Senin, 03 September 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BBLR DAN PREMATUR


A.        KONSEP DASAR PENYAKIT
1.    Definisi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir < 2500 gr (berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir). WHO pada tahun 1961 mengatakan bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya < 2500 gr atau sama dengan 2500 gr disebut Low Birth Weight Infant (Bayi dengan berat badan lahir rendah, BBLR).
Bayi Prematur

Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir), BB < 2500 gr.
2.    Macam BBLR
a.     Prematur murni
Yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan lahir sesuai untuk usia kehamilan.
b.    Dismatur
Yaitu bayi dengan berat badan lahir kurang dengan berat badan yang seharusnya untuk usia kehamilan. Ini menunjukkan bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin.
3.    Klasifikasi BBLR
BBLR dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Berdasarkan BB lahir:
Ø BBLR: BB lahir < 2500 gram
Ø BBLSR: BB lahir 1000 – 1500 gram
Ø BBLASR: BB lahir < 1000 gram

Berdasarkan umur kehamilan:
Ø Kurang bulan/Preterm/Prematur
® UK < 37 minggu
Ø Cukup bulan/Fullterm/Aterm
® UK 37 – 42 minggu
Ø Lebih bulan/Postterm/Serotinus
® UK > 42 minggu
4.    Etiologi BBLR
a.     Faktor ibu
-         Umur ibu pada waktu hamil < dari 20 tahun/> 35 tahun.
-         Toksemia gravidakum yaitu preeklampsi & eklampsi.
-         Kelainan bentuk uterus.
-         Tumor (misal: mioma uteri, sistoma).
-         Ibu yang menderita penyakit:
Acut: Panas tinggi (Tyfus, malaria)
Cronis (TBC, penyakit jantung, grumerulo nefritis kronis).
-         Trauma pada masa kehamilan
Fisik (misal: jatuh)
Psikologis (misal: stres)
-         Plasenta: plasenta previa, sulusio plasenta.
b.    Faktor janin
-         Kehamilan ganda.
-         Hidramnion.
-         Kebutuhan pecah dini.
-         Cacat bawaan.
-         Infeksi: Rubeolla, sifilis, tokso plasmosis.
-         Infusiensi plasenta.
-         Inkompatibilitas darah ibu dan janin (faktor rhesus, golongan darah ABO).
c.     Faktor plasenta
-         Plasenta previa
-         Solusio plasenta
d.    Tidak diketahui
5.    Gejala dan Tanda
Tanda klinis atau penampilan yang tampak sangat bervariasi, bergantung pada usia kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin prematur atau makin kecil umur kehamilan saat dilahirkan makin besar pula perbedaannya dengan bayi yang lahir cukup bulan.
a.     Prematur murni
1.          BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm.
2.          Masa gestasi < 37 minggu.
3.          Kepala lebih besar dari badan.
4.          Kulit tipis transparan.
5.          Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan.
6.          Lemak sub cutan kurang.
7.          Ubun-ubun dan sutura lebar.
8.          Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup labia mayora (pada wanita) , pada laki-laki testis belum turun.
9.          Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat.
10.     Rambut tipis dan halus.
11.     Tulang rawan dan daun telinga imatur/elastis, daun telinga masih kurang sempurna.
12.     Puting susu belum terbentuk dengan baik.
13.     Bayi kecil, posisi masih posisi fetal.
14.     Pergerakan kurang dan lemah.
15.     Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnea.
16.     Otot masih hipotonik.
17.     Reflek tonus leher lemah, reflek mengisap dan menelan serta reflek batuk belum sempurna.
18.     Kulit tampak mengkilat dan licin.
b.    Dismaturitas
1.          Preterm: sama dengan bayi prematuritas murni.
2.          Term dan post term
-         Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tidak ada.
-         Kulit pucat bernoda meconium, kering, keriput, tipis.
-         Jaringan lemak di bawah kulit tipis.
-         Bayi tampak gesit, aktif dan kuat.
-         Tali pusat berwarna kuning kehijauan.
6.    Penyulit Yang Dapat Terjadi
a.     Hipotermi
Kemampuan untuk mempertahankan dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai.
Lemak sub cutan sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas.
b.    Sindrom gawat panas
o   Dapat disebabkan belum sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan paru yang merupakan suatu zat yang dapat menurunkan tegangan dinding alveoli paru.
     Pertumbuhan surfaktan paru mencapai maksimum pada minggu ke 35 kehamilan.
o   Defisiensi surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru untuk mempertahankan stabilitasnya, alveoli akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan negatif intra toraks yang lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang kuat.
c.     Hipoglikemia
Bayi BBLR dapat mempertahankan kadar gula darah dalam kadar 40 mg/dl,hal ini disebabkan cadangan glikoden yang belum mencukupi. Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau < dari 20 mg/dl.
d.    Perdarahan intra kranial
Pada bayi prematur pembuluh darah sangat rapuh hingga mudah pecah.
Perdarahan intra kranial dapat terjadi karena trauma lahir, atau Trombositopenia Idiopatik.
e.     Rentan terhadap infeksi
Pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan.
Bayi prematur mudah menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluler masih kurang hingga bayi mudah menderita infeksi. Selain itu karena kulit & selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan.
f.      Hiperbillirubinemia
Hal ini dapat terjadi karena belum maturnya fungsi hepar. Kurangnya enzym glukorinil transferase sehingga konyugasi billirubin indirek menjadi billirubin direk belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi billirubin dari jaringan ke hepar kurang.

g.     Kerusakan integritas kulit
Lemak subkutan kurang atau sedikit, struktur kulit yang belum matang dan rapuh. Sensitivitas yang kurang akan memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit, terutama pada daerah yang sering tertekan dalam waktu lama. Pemakaian plester dapat mengakibatkan kulit bayi lecet atau bahkan lapisan atas ikut terangkat.
7.    Penatalaksanaan
a.     Mengupayakan dan mempertahankan nafas spontan dengan resusitasi.
b.    Mengupayakan dan mempertahankan suhu dalam batas normal dengan cara: mengeringkan dan membungkus bayi, rawat bayi dalam inkubator, metode kanguru.
c.     Pemberian nutrisi/cairan terutama ASI.
d.    Mencegah/mengatasi infeksi.

B.  KONSEP DASAR PENYAKIT
1.    Pengkajian
a.     Masalah yang berkaitan dengan ibu
1.    Penyakit seperti: hipertensi, toksemia, plasenta previa, abrupsio plasenta, inkompeten servikal, kehamilan kembar, mal nutrisi dan DM.
2.    Status sosial ekonomi yang rendah.
3.    Tiadanya perawatan sebelum kelahiran (prenatal care).
4.    Riwayat kelahiran prematur atau aborsi, kelahiran kembar.
5.    Penggunaan obat-obatan, alkohol, rokok, kafein.
6.    Riwayat ibu, umur < 16 tahun atau diatas 35 tahun.
7.    Latar belakang pendidikan rendah.
8.    Kurang gizi, konsultasi genetik yang pernah dilakukan.
9.    Jarak kehamilan yang berdekatan.
10.     Infeksi, troch atau penyakit hubungan seksual lain.
11.     Golongan darah dan faktor Rh.
b.    Bayi pada saat kelahiran
1.    Umur kehamilan biasanya antara 24-37 minggu.
2.    Rendahnya BB pada saat kelahiran, SGA atau terlalu besar dibanding umur kehamilan. BB biasanya < 2500 gram.
3.    Kurus, lapisan lemak subkutan sedikit atau tidak ada.
4.    Kepala relatif lebih besar dibanding badan, 3 cm > dibanding lebar dada.
5.    Kelainan fisik yang mungkin terlihat, nilai apgar pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4-6 kegawatan sedang, dan 7-10 normal.
c.     Kardiovaskular
Denyut jantung rata-rata 120 sampai 160 x/mnt.
d.    Gastro intestinal
1.    Penonjolan abdomen, pengeluaran mekonium, biasanya terjadi dalam waktu 12 jam.
2.    Reflek menelan dan mengisap lemah.
3.    Ada atau tidak ada anus.
4.    Ketidaknormalan konginital lain.
e.     Integumen
1.    Kulit yang berwarna merah muda atau merah kekuning-kuningan, sianosis atau campuran bermacam warna.
2.    Vernik kaserosa sedikit, dengan rambut lanugo diseluruh tubuh.
3.    Kurus dan kulit tampak transparan, halus dan mengkilap.
4.    Edema yang menyeluruh atau di bagian tertentu yang terjadi pada saat kelahiran.
5.    Kuku pendek belum melewati ujung jari.
6.    Rambut jarang atau mungkin tidak ada sama sekali.
7.    Petekie atau ekimosis.
f.      Muskulo skeletal
1.    Tulang kartilago telingan belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.
2.    Tulang tengkorak dan rusuk lunak.
3.    Gerakan lemah dan tidak aktif atau letargik.
g.     Neurologis
1.    Reflek dan gerakan TD tes neurologis tampak tidak resisten, gerak reflek hanya berkembang sebagian.
2.    Menelan, mengisap dan batuk sangat lemah atau tidak efektif.
3.    Tidak ada atau menurunnya tanda neurologis: mata mungkin tertutup atau mengatup apa bila umur kehamilan belum mencapai 25 sampai 26 minggu.
4.    Suhu tubuh tidak stabil, biasanya hipotermia, gemetar, kejang dan mata berputar-putar. Biasanya bersifat sementara, tetapi mungkin juga ini mengindikasikan adanya kelainan neurologis.
h.    Paru
Jumlah pernafasan biasanya antara 40-60 per menit diselingi dengan periode apnea, pernafasan yang tidak teratur, dengkuran, retraksi (intercostal, suprasternal, substernal) terdengar suaran gemerisik.
i.       Ginjal
Berkemih terjadi setelah 8 jam kelahiran, ketidakmampuan untuk melarutkan ekskresi ke dalam  urine.
j.       Reproduksi
-         Bayi perempuan: klitoris yang menonjol dengan labium mayora yang belum berkembang.
-         Bayi laki-laki: Scrotum yang belum berkembang sempurna dengan rugae yang kecil, testis tidak turun kedalam skrotum.

2.    Diagnosa Dan Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan: Resiko tinggi gawat nafas yang berhubungan dengan ketidak matangan paru karena kurang produksi surfactan.
Tujuan: Menjaga dan memaksimalkan fungsi paru.
Intervensi:
a.     Kumpulkan data penilaian yang berkaitan dengan kegawatan pernafasan:
-         Riwayat ibu atas penggunaan obat-obat atau kondisi tidak normal selama kehamilan dan proses kelahiran.
-         Kondisi bayi saat kelahiran, nilai apgar, resusitasi (dilakukan atau tidak).
-         Pernafasan: frekuensi, kedalaman, kemudahan, takipnea, dengan frekuensi > 60 kali per menit.
-         Dengkuran ekspirasi, pernafasan cuping hidung atau retraksi dengan penggunaan otot-otot eksesoris (interkostal, suprasternal, atau substernal).
-         Sianosis ketika menghirup udara kamar, penurunan suara nafas.
b.    Waspada episode apnea yang berlangsung > 20 detik
Catat hal-hal:
-         Letargi, posisi dan aktivitas sebelum dan sesudah periode apnea (sambil tiduran atau menyuap), berbaring miring, telungkup atau posisi terlentang, sumbatan jalan nafas disebabkan oleh masker di atas hidung.
-         Distensi abdomen.
-         Suhu dan sianosis.
-         Lamanya periode apnea.
-         Penyebab apnea, seperti: stress, demam, sepsis, kegagalan pernafasan.
-         Hasil hitung sel darah, kultur darah, sinar x dada, dan kajian analisa gas darah jika ada.


c.     Memberi dan memantau bantuan pernafasan sebagai berikut:
-         Berikan oksigen yang hangat dan sudah diatur kelembabannya. Periksa oksigen setiap 1 jam. Rubah posisi setiap 1 jam.
-         Isap lendir dengan hati-hati dari mulut selama < 5 menit.
-         Jaga suhu lingkungan yang netral.
-         Posisikan bayi tengkurap atau terlentang dengan bantalan kecil di bawah bahu atau posisi berbaring  miring dengan kepala sedikit diangkat.
-         Rangsang bayi dengan cara tepukan lembut pada telapak kaki, tangan dan punggung, kemudian tubuh, wajah, lengan dan tungkai.
d.    Pantau kajian analisa gas darah untuk mengetahui asidosis pernafasan dan metabolis.
e.     Persiapkan dan lakukan terapi farmacologi, seperti teofilim IV, awasi tingkat darah setiap 1 sampai 2 hari untuk deteksi adanya keracunan.
Diagnosa Keperawatan: Resiko tinggi hipotermi atau hipertermia yang berhubungan dengan prematuritas atau perubahan suhu lingkungan.
Tujuan: Menjaga suhu lingkungan netral.
Intervensi:
a.     Jaga temperatur ruangan perawatan 250C.
b.    Ukur suhu rectal bayi terlebih dahulu, baru kemudian suhu axila setiap 2 jam atau setiap kali diperlukan.
c.     Lakukan prosedur penghangatan setelah bayi lahir.
d.    Tempatkan bayi di bawah penghangatan radian warmar atau inkubator jika diperlukan.
e.     Tempatkan kontrol temperatur (servo-control) diatas abdomen.
Atur suhunya 37-37,50C, juga jaga suhu kulit 36-36,50C.
f.      Hindari menempatkan bayi kontak dengan sumber panas atau sumber dingin, hindari juga udara panas dan udara dingin, lakukan juga perlindungan untuk menjaga panas tubuh, seperti menjaga agar kulit bayi tetap kering, dan menjaga agar kepala bayi tertutup.
g.     Awasi bayi terhadap perubahan yang mengindikasikan adanya stress dingin.
Diagnosa Keperawatan: Gangguan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan simpanan glikogen, zat besi dan kalsium yang tidak cukup dan penipisan persedian karena metabolik yang tinggi, tingginya kebutuhan, asupan kalori yang tidak mencukupi dan hilangnya kalori.
Tujuan: Meningkatan dan menjaga asupan kalori dan status gizi bayi.
Intervensi:
a.     Awasi reflek mengisap dan kemampuan menelan bayi.
Pemberian makanan melalui mulut dimulai ketika bayi sudah dalam keadaan stabil dan pernafasan terkendali dengan baik.
b.    Awasi dan hitung kebutuhan kalori bayi.
c.     Mulai pemberian ASI atau susu dengan botol 2-6 jam setelah kelahiran, mulai dengan 3-5 ml, setiap pemberian dengan interval 3 jari, pemberian bisa ditambah bila bayi menunjukkan toleransi yang baik.
d.    Timbang bayi setiap hari, bandingkan berat badan dengan asupan kalori yang diberikan. Ini dilakukan untuk menentukan jumlah asupan yang tepat atau kebutuhan peningkatan asupan.
e.     Sediakan Dexrosa 10%.
f.      Beri minum ASI langsung ke ibunya jika reflek mengisap dan menelan kuat.
g.     Gunakan makanan melalui orifaring jika bayi lelah mengisap.  
Diagnosa Keperawatan : Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan pengeluaran yang disebabkan oleh immaturitas, pemanas radian (pancaran) atau pengeluaran melalui kulit/paru.
Tujuan: Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
Intervensi :
a.     Awasi dan hitunglah kebutuhan cairan bayi.
b.    Berikan cairan 150-180 ml/kg jika diperlukan dapat dinaikkan sampai 200 ml/kg.
c.     Timbang bayi setiap hari.
d.    Pantau dan catat asupan dan pengeluaran cairan bayi setiap jam.
Bandingkan jumlahnya untuk mengetahui bila terjadi ketidak seimbangan.
e.     Periksa berat jenis urine dan glikosuria.
f.      Kaji bayi dari tanda yang mengindikasikan meningkatnya kebutuhan cairan, seperti kenaikkan suhu tubuh, syok hipovolemik dengan peningkatan tekanan darah dan meningkatnya detak jantung, penurunan denyut nadi kaki dan tangan yang dingin, pengerutan kulit, sepsis, asfeksia dan hipoksia.   
Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan bayi yang sakit di rumah.
Tujuan : Orang tua dan keluarga mengetahui tentang penyakit bayi dan perawatan selanjutnya.
Intervensi:
a.     Informasikan pada orang tua dan keluarga tentang proses penyakit, prosedur perawatan, tanda dan gejala masalah pernafasan, perawatan lanjut.
b.    Ajari orang tua dan keluarga tentang perawatan yang dibutuhkan seperti terapi oksigen di rumah, ventilasi mekanis, fisioterapi dada, terapi obat, terapi gizi dan cairan, pemantauan khusus seperti pemantauan apnea dan gula darah.
c.     Meminta orang tua dan keluarga mendemonstrasikan kembali prosedur yang harus diajarkan.
d.    Mendorong orang tua dan keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan bayi.
e.     Mengajarkan orang tua dan keluarga bagaimana menyeimbangkan antara aktivitas dan istirahat dan bagaimana mengevaluasi toleransi bayi terhadap aktivitas.
f.      Susun perawatan kesehatan lanjutan di rumah.
Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan kurang kekebalan tubuh dan kemungkinan infeksi silang dari ibu atau staf kesehatan.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Intervensi:
a.     Kaji adanya kenaikan suhu tubuh, letargi, apnea, malas minum, gelisah dan ikterus.
b.    Kaji riwayat ibu, kondisi bayi selama kehamilan, dan epidemi infeksi di ruang perawatan.
c.     Ambil sampel darah.
d.    Pantau ulang hasil penelitian eritrosit.
e.     Upayakan pencegahan infeksi dari lingkungan, cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi, isolasi bayi bila perlu, lakukan prosedur tindakan secara steril, cegah kontak dengan orang tua yang menderita infeksi, ajar orang tua untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi silang atau perpindahan microorganisme.


Related Post:

Komentar :

ada 0 komentar ke “ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BBLR DAN PREMATUR”

Posting Komentar

Designed by Berita Update - Belajar SEO dan Blog | Copyright of ARTIKEL KESEHATAN.
 
Copyright © 2012 ARTIKEL KESEHATAN | Design by Christian Tatelu | Download this template here!