jalan menuju keberhasilan

Kamis, 10 Mei 2012

ASKEP DISTOSIA KARENA KELAINAN HIS


BAB I : PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor ”P” utama yaitu kekuatan ibu (Power), keadaan
jalan lahir (Passage) dan keadaan janin (Passanger). Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu), penolong saat bersalin, dan posisi ibu saat persalinan. Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor “P” tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor “P” ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan. Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut distosia.
Salah satu penyebab dari distosia adalah karena kelainan His (Power) menyebabkan rintangan pada proses kelahiran sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan. Distosia berpengaruh buruk bagi ibu maupun janin. Pengenalan dini dan penanganan tepat akan menentukan prognosis ibu dan janin.
1.2  Tujuan
1        Menjelaskan Pengertian Distosia karena kelainan His.
2        Menjelaskan penyebab dan proses terjadinya Distosia karena kelainan His.
3        Menjelaskan Distosia karena kelainan His dengan konsep Asuhan Keperawatan.
4        Mengetahui Peran Perawat dalam menolong persalinan yang mengalami Distosia karena kelainan His.
5        Sebagai referensi tambahan untuk pembahasan yang sejenis.








BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Distosia atau persalinan disfungsional didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan 5 faktor persalinan. Adapun keadaan yang dapat menyebabkan distosia :
1.      Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya mengedan ibu ( Kekuatan/ Power).
2.      Perubahan struktur pelvis (jalan lahir/ passage).
3.      Sebab- sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi maupun kelainan posisi, bayi besar dan jumlah bayi ( passanger ).
4.      Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.
5.      Respon psikologis ibu selama persalinan yang berhubungan dengan pengalaman, persiapan, budaya dan warisannya, serta sistem pendukung.
Kelima faktor ini bersifat interdependen. Dalam mengkaji pola persalinan abnormal wanita, seorang tenaga medis harus mempertimbangkan interaksi kelima faktor ini dan bagaimana kelima faktor tersebut mempengaruhi proses persalinan. Distosia diduga terjadi jika kecepatan dilatasi serviks, penurunan dan pengeluaran (ekspulsi) janin tidak menunjukan kemajuan, atau jika karakteristik kontraksi uterus menunjukan perubahan.
Kelainan his adalah suatu keadaan dimana his tidak normal, baik kekuatannya maupun sifatnya sehingga menghambat kelancaran persalinan.
Distosia kelainan His (Power) merupakan His yang abnormal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan.
His yang normal atau adekuat adalah his persalinan yang menyebabkan kemajuan persalinan. His persalinan tersebut meliputi :
Ø  Secara klinis yaitu minimal 3 kali kontraksi dalam 10 menit, biasanya selama 40-60 detik, sifatnya kuat.
Ø  KTG yaitu 3 kali kontraksi dalam 10 menit, biasanya selama 40-60 detik dengan tekanan intrauterina 40-60 mmHg.
Ø  Tonus otot rahim diluar his tidak seberapa tinggi, lalu meningkatkan pada waktu his. Pada kala pembukaan servik ada 2 fase : fase laten dan fase aktif yang digambarkan pada servikogram menurut friedman.
Ø  Kotraksi rahim dimulai pada salah satu tanduk rahim, sebelah kanan atau kiri, lalu menjalar keseluruh otot rahim.
Ø  Fundus uteri berkontraksi lebih dulu (fundal dominan) lebih lama dari bagian-bagian lain. Bagian tengah berkontraksi agak lebih lambat, lebih singkat dan tidak sekuat kontraksi fundus uteri bagian bawah (segmen bawah rahim) dan serviks tetap pasif atau hanya berkontraksi sangat lemah.
Ø  Sifat-sifat his : lamanya, kuatnya, keteraturannya, seringnya dan relaksasinya, serta sakitnya.
2.2 Etiologi
Distosia karena kelainan His ( his hipotonik dan his hipertonik ) dapat disebabkan karena:
a.      Inersia uteri hipotonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidroamnion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif, maupun pada kala pengeluaran. Inertia uteri hipotonik terbagi dua, yaitu :
1.      Inersia uteri primer
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat ( kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan ), sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartus atau belum.


2.      Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.

b.      Inersia uteri hipertonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar. Disebut juga sebagai incoordinate uterine action. Contoh misalnya “tetania uteri” karena obat uterotonika yang berlebihan. Pasien merasa kesakitan karena his yang kuat dan berlangsung hampir terus-menerus. Pada janin dapat terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter. Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini antara lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin yang berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan sebagainya.
Kelainan his (insersia uteri) dapat menimbulkan kesulitan, yaitu :
v  Kematian atau jejas kelahiran
v  Bertambahnya resiko infeksi
v  Kelelahan dan dehidrasi dengan tanda-tanda : nadi dan suhu meningkat, pernapasan cepat, turgor berkurang, meteorismus dan asetonuria.
2.3 Patofisiologi
                 His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan pada fundus uteri di mana lapisan otot uterus paling dominan, kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh hingga tekanan dalam ruang amnion balik ke asalnya ± 10 mmHg.



           




Distribusi kontraksi uterus yang normal






Gambar kontraksi uterus diatas menunjukkan 4 tempat dimana di pasang mikrobalon untuk mengukur atau mencatat tekanan dalam miometrium. Pada deratan gambar di atas dapat dilihat bagaimana kontraksi mulai, menyebar dan menjadi kuat dan akhirnya mengurang dan menghilang. Fase kontraksi di gambarkan dengan garis tebal sedangkan garis relaksasi dengan garis yang lebih tipis. Bandingkan gambar His normal dan bila ada kelainan dalam His.
           





 











Incoordinated uteri contraction
Incoordinate uterine action
Disini sifat His berubah. Tonus otot uterus meningkat, juga di luar His dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronasi kontraksi bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan His tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
Disamping itu, tonus otot uterus yang menaik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His ini juga di sebut sebagai Incoordinate hypertonic uterine contraction. Kadang-kadang pada persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan His ini menyebabkan spasmus sirkuler setempat, sehingga terjadi penyempitan kavum uteri pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran kontriksi. Secara teoritis lingkaran ini dapat terjadi dimana-mana, tetapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas dengan segmen bawah uterus. Lingkaran kontriksi tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam, kecuali kalau pembukaan sudah lengkap sehingga tangan dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri.
 2.4 Manifestasi Klinis
Ø  Dapat dilihat dan diraba, perut terasa membesar kesamping.
Ø  Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan.
Ø  Nyeri hebat dan janin sulit untuk dikeluarkan.
Ø  Terjadi distensi berlebihan pada uterus
Ø  Dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan dengan letak dada, teraba bagian – bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar lebih jelas pada dada.
2.5 Penalaksanaan Medis
a)      Fase laten yang memanjang : Selama ketuban masih utuh dan passage serta passanger normal, pasien dengan fase laten memanjang sering mendapat manfaat dari hidrasi dan istirahat terapeutik. Apabila dianggap perlu untuk tidur, morfin (15 mg) dapat memberikan tidur 6-8 jam. Apabila pasien terbangun dari persalinan, diagnosa persalinan palsu dapat ditinjau kembali, berupa perangsangan dengan oksitosin.

b)      Kelainan protraksi : Dapat ditangani dengan penuh harapan, sejauh persalinan mau dan tidak ada bukti disproporsi sevalopelvik, mal presentasi atau fetal distress. Pemberian oksitosin sering bermanfaat pada pasien dengan suatu kontrakti hipotonik.

c)      Kelainan penghentian : Apabila terdapat disproporsi sevalopelvik dianjurkan untuk dilakukan seksio sesar. Perangsangan oksitosin hanya dianjurkan sejauh pelviks memadai untuk dilalui janin dan tidak ada tanda-tanda fetal distress.

d)     Kelainan His dapat diatasi dengan : Pemberian infus pada persalinan lebih 18 jam untuk mencegah timbulnya gejala-gejala atau penyulit diatas. Jika ketuban masih ada maka dilakukan amniotomi dan memberikan tetesan oksitosin (kecuali pada panggul sempit, penanganannya di seksio sesar).


 2.6 Konsep Asuhan Keperawatan Distosia Karena Kelainan His
A.    Pengkajian Keperawatan
Pengkajian umum
Ø  Pengkajian pada riwayat kesehatan masa lalu dan sekarang
Ø  Keluhan masa lalu :
v  Pengkajian psikologi klien, apakah sering mengalami stres pada saat kehamilan dan bagaimana persiapan dalam menghadapi persalinannya.
v  Kaji kapan terjadi pecah ketuban.
v  Tanyakan pada klien gerakan aktif janin dalam 24 jam
Ø  Keluhan sekarang:
“ Klien merasa mulas dan nyeri pada pinggang serta telah mengeluarkan air pada vaginanya”
Pengkajian pola fungsional
1.      Aktifitas/istirahat
Melaporkan keletihan,kurang energi,letargi,penurunan penampilan
2.      Sirkulasi
Tekanan darah dapat meningkat,mungkin menerima magnesium sulfat untu hipertensi karena kehamilan
3.      Eliminasi
Distensi usus atau kandng kemih yang mungkin menyertai
4.      Integritas ego
Mungkin sangat cemas dan ketakutan
5.      Nyeri atau ketidaknyamanan
Mungkin menerima narkotika atau anastesi pada awal proses kehamilan,kontraksi jarang,dengan intensitas ingan sampa sedang,dapat terjadi sebelum awitan persalinan atau sesudah persalinan terjadi,fase laten dapat memanjang,
6.      Keamanan
Serviks mungkin kaku atau tidak siap,pemerisaan vagina dapat menunjukkan janin dalam malposisi,penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam pada nulipara atau kurang dari 2 cm/jam pada mutipara bahkan tidak ada kemajuan.,dapat mengalami versi eksternal setelah getasi 34 minggu dalam upaya untuk mengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala.
7.      Seksualitas
Dapat primigravida atau grand multipara,uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramnion,gestasi multipel.janin besar atau grand multiparis.
Pengkajian fisik
Ø  Pengkajian dapat dilakukan dengan pengkajian Tanda-tanda vital, pada pengkajian fisik tekanan darah, denyut jantung, suhu, pernapasan biasanya meningkat, hal ini dipengaruhi oleh nyeri yang dirasakan oleh klien. Selain itu pengkajian fisik dapat juga dilakukan dengan palpasi yaitu palpasi letak janin dalam kandungan, apakah normal atau malposisi.
Prosedur diagnostik
a)      Tes pranatal : dapat memastikan polihidramnion,janin besar atau gestasi multipel.
b)      Tes stres kontraksi/tes nonstres : mengkaji kesejahteraan janin.
c)      Ultrasound atau pelvimetri sinar X : mengevaluasi arsitektur pelvis,presentase janin,posisi dan formasi.
d)     Pengambilan sampel kulit kepala janin : mendeteksi atau mengesampingkan asidosis.

B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Cedera, resiko tinggi terhadap maternal (ibu) b/d penurunan tonus otot/pola kontraksi otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.
2.      Cedera resiko tinggi terhadap janin b/d persalinan lama, malpresentasi janin,hipoksia/asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibu.
3.      Kekurangan volume cairan b/d status hipermetabolik, muntah, diaforesis hebat, pembatasan masukan oral, diuresis ringan berhubungan dengan pemberian oksitosin.
4.      Koping individu tidak efektif b/d krisis situasi, kerentanan pribadi, harapan persepsi tidak relistis, ketidakadekuatan sistem pendukung.
5.      Ketakutan, ansietas b/d persalinan dan kurang informasi.

C.     Intervensi Keperawatan
1.      Cedera,resiko tinggi terhadap maternal(ibu) b/d penurunan tonus otot/poa kontraksi otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.
Tujuan : Mencegah adanya resiko cedera pada ibu
No.
Intervensi
Rasional
1
Tinjau ulang riwayat persalinan,awitan dan durasi
Membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab, kebutuhan pemeriksaan diagnostik dan intervensi yang tepat
2
Catat waktu/jenis obat.hindari pemberian narkotik dan anastesi blok epidural sampai serviks dilatasi 4 cm
Sedatif yang diberikan terlalu dini dapat menghambat atau menghentikan persalinan.
3
Evaluasi tingkat keletihan yang menyertai,serta aktifitas dan istirahat,sebelum awitan persalinan
Kelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan disfungsi sekunder, atau mungkin akibat dari persalinan lama
4
Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik
Disfungsi kontraksi dapat memperlama persalinan,meningkakan resiko komplikasi maternal/janin
5
Catat kondisi serviks.pantau tanda amnionitis.catat peningkatan suhu atau jumlah sel darah putih;catat bau dan rabas vagina
Serviks kaku atau tidak siap tidak akan dilatasi, menghambat penurunan janin/kemajuan persalinan. terjadi amniositis secara langsung dihubungkan dengan lamanya persalinan sehingga melahirkan harus terjadi dalam 24 jam setelah pecah ketuban
6
Catat penonjolan,posisi janin dan presentase janin
Digunakan sebagai indikator dalam mengidentifikasi persalinan yang lama
7
Anjurkan klien berkemih setiap1-2 jam.kaji terhadap penuhan kandung kemih diatas simfisis pubis


Kandung kemih dapat menghambat aktifitas uterus dan mempengaruhi penurunan janin
8
Tempatkan klien pada posisirekumben lateral dan anjurkan tirah baring atau ambulasi sesuai toleransi
Ambulasi dapat membantu kekuatan gravitasi dalam merangsang pola persalinan normal dan dilatasi serviks
9
Bantu dengan persiapan seksio sesaria sesuai indikasi untuk malposisi, CPD atau cincin bandl

Melahirkan seksio sesari segera diindifikasikan untuk cincin bandl untuk distres janin karena CPD
10
Siapkan untuk melahirkan dengan forsep (bila perlu)
Melahirkan secara forsep dilakukan pada ibu yang lelah berlebihan dan tidak mampu untuk mengedan lagi

2.      Cedera resiko tinggi terhadap janin b/d persalinan lama, malpresentasi janin, hipoksia/asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibu
Tujuan : Mencegah adanya resiko cedera pada bayi
No.
Intervensi
Rasional
1
Kaji denyut jantung janin secara manual dan elektronik,dan kaji irama jantung janin.
Bradikardi dan takikardi pada janin dapat disebabkan oleh stres, hipoksia, asidosis, atau sepsis
2
Perhatikan tekanan uterus selama istirahat dan fase kontraksi melalui kateter tekanan intrauterus bila tersedia
Tekanan dan kontraksi yang besar dapat menggangu oksigenasi dalam ruang intravilos
3
Perhatikan frekuensi kontaksi uterus. Beri tahu dokter bila frekuensi dua menit atau kurang
Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau kurang tidak memungkinkan oksigenasi adekuat dari ruang intravilous
4
Kaji malposisi dengan menggunakan manuver Leopold dan temuan pemeriksaan internal.tinjau ulang hasil USG
Menentukan pembaringan janin,posisi,dan persentase dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat disfungsional persalinan
5
Pantau penurunan janin pada jalan lahir dalam hubungannya dengan kolumna vertebralis iskial
Penurunan jalan lahir merupakan tanda CPD atau malposisi
6
Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketuban
Kelebihan cairan amnion yang berlebihan menyebabkan distensi uterus dihubungkan dengan anomali janin
7
Perhatikan bau dan perubahan warna cairan amnion pada pecah ketuban lama. Dapatkan kultur bila temuan abnormal
Infeksi asenden dan sepsis disertai dengan takikardia dapat terjadi pada pecah ketuban lama
8
Berikan antibiotik pada klien sesuai indikasi
Mencegah /mengatasi infeksi asenden dan juga akan melindungi janin
9
Siapkan untuk melahirkan pada posisi posterior,bila janin gagal memutar dari oksiput posterior ke anterior
Melahirkan janin dalam posisi posterior mengakibatkan insiden lebih tinggi dari laserasi maternal
10
Siapkan untuk kelahiran secara sesaria bila presentasi bokong terjadi

Untuk menghindari cedera pada kolumna vertebralis bila melahirkan pervagina dari bokong

3.      Kekurangan volume cairan b/d status hipermetabolik, muntah, diaforesis hebat, pembatasan masukan oral, diuresis ringan berhubungan dengan pemberian oksitosin.
Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan,dan bebas dari komplikasi
No.
Intervensi
Rasional
1
Pantau masukan dan keluaran cairan
Untuk membandingkan apakah pemasukan dan pengeluaran seimbang sehingga tidak terjadi dehidrasi
2
Lakukan tes urine untuk mengetahui adanya keton
Ketidakadekuatan masukan glukosa mengakibatkan pemecahan lemak dan adanya keton pada urin
3
Pantau tanda vital. Catat laporan pusing pada perubahan posisi

Peningkatan frekuensi nadi dan suhu ,dan perubahan tekanan darah ortostatik dapat menandakan penurunan volume sirkulasi
4
Kaji elastisitas kulit
Kulit yang tidak elastis menandakan terjadi dehidrasi
5
Kaji bibir dan membran mukosa oral dan derajat saliva
Membran mukosa atau bibir yang kering dan penurunan saliva adalah indikator lanjut dari dehidrasi
6
Perhatikan respon denyut jantung janin yang abnormal
Dapat menunjukkan efek dehidrasi maternal dan penurunan perfusi
7
Berikan masukan cairan adekuat melalui pemberian minuman > 2500 liter
Mengurangi dehidrasi
8
Berikan cairan secara intravena
Larutan parenteral mengandung elektrolit dan glukosa dapat memperbaiki atau mencegah ketidakseimbangan maternal dan janin serta apat menurunkan keletihan maternal
9
Tinjau ulang hemoglobin dan hematokrit
Peningkatan Ht menunjukkan dehidrasi
10
Tinjau ulang kadar elektrolit serum dan glukosa serum
Kadar elektrolit serum mendeteksi terjadinya ketidakseimbangan elektrolit, kadar glukosa serum mendeteksi hipoglikemia

4.      Koping individu tidak efektif b/d krisis situasi,kerentanan pribadi,harapan persepsi tidak relistis,ketidakadekuatan sistem pendukung
Tujuan : mengungkapkan pemahaman tentang apa yang terjadi dan menggunakan teknik koping yang efektif.
No.
Intervensi
Rasional
1
Tentukan kemajuan persalinan

Persalinan yang lama yang berakibat keletihan dapat menurunkan kemampuan klien untuk mengatasi/mengatur kontraksi
2
Kaji derajat nyeri dalam hubungannya dengan dilatasi/penonjolan

Peningkatan nyeri bila serviks tidak dilatasi/membuka dapat menandakan terjadinya disfungsi.nyeri hebat menandakan terjadinya aniksia sel-sel uterus
3
Kenali realitas keluhan klien akan nyeri/ketidaknyamanan
Ketidaknyamanan dan nyeri dapat disalahartikan pada kurangnya kemajuan yang tidak dikenali sebagai masalah disfungsional
4
Anjurkan klien untuk mengungkapkan nyeri/ketidaknyamanannya dan dengarkan keluhan klien
Dengan mengungkapkan nyeri/ ketidaknyamanannya, dapat menurunkan ketidaknyamanan dan membantu klien rileks dalam mengatsi situasi
5
Tentukan tingkat ansietas klien dan pelatih
Ansietas yang berlebihan meningkatkan aktivitas adrenal/pelepasan katekolamin menyebabkan ketidakseimbangan endokrin sehingga menurunkan ketersediaan glukosa untuk sintesis ATP yang diperlukan untuk kontraksi uterus
6
Diskusikan kemungkinan kepulangan klien kerumah sampai mulainya persalinan aktif
Klien mungkin merasa lebih rileks bila berada dilingkungan yang dikenalnya sehingga mengurangi ansietas pada klien
7
Berikan kenyamanan berupa pengaturan posisi dan penggunaan relaksasi dan pernapasan
Relaksasi dan pengaturan posisi dapat menurunkan ansietas yang nantinya dapat berpengaruh pada janinnya
8
Berikan dorongan pada upaya klien atau pasangan untuk berkencan
Memperbaiki kesalahan konsep bahwa klien terlalu bereaksi terhadap persalinan
9
Berikan informasi faktual tentang apa yang terjadi
Dapat membantu reduksi dan meningkatkan koping
10
Perhatikan adanya frustasi
Frustasi dapat menghambat adanya persalinan


5.      Ketakutan,ansietas b/d ancaman yang akan dirasakan oleh klien/janin dan kurang informasi
Tujuan : mengurangi kecemasan dan menambah pengetahuan klien
No.
Intervensi
Rasional
1
Kaji status psikologis dan emosional klien
Adanya ansietas dan gangguan gangguan emosional klien dapat menghambat kerja sama klien dengan perawat dalam melakukan persalinan
2
Anjurkan pengungkapan perasaan
Pengungkapan perasaan dapat menugrangi ansietas
3
Dengarkan keterangan klien yang menandakan kehilangan harga diri
Membantu klien meyakini adanya intervensi untuk membantu proses persalinan adalah refleks negatif pada kemauan dirinya sendiri
4
Anjurkan penggunaan tehnik pernapasan dan latihan relaksasi
Membantu menurunkan ansietas dan memungkinkan klien untuk berpartisipasi secara aktif
5
Berikan kesempatan kepada klien untuk memberi masukan pada proses pengambilan keputusan
Dapat meningkatkan rasa kontrol klien meskipun kebanyakan dari apa yang terjadi diluar kontrolnya
6
Jelaskan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan sehubungan dengan distosia
Pemahaman yang baik mengenai prosedur atau tindakan dapat mengurangi ansietas
7
Beritahukan mengenai kontraindikasi pemberian oksitosin kepada klien
Kecemasan klien berkurang apabila terjadi kontraindikasi oksitosin pada klien
8
Demonstrasikan dan jelaskan penggunaan peralatan
Pengetahuan dapat menghilangkan kecemasan dan memberi rasa kontrol terhadap situasi
9
Gunakan terminologi positif, hindari penggunaan istilah yang menandakan ketidaknormalan persalinan
Membantu klien/pasangan menerima situasi tanpa menuduh dirinya sendiri
10
Bila diperlukan kelahiran melalui sesaria (Jelaskan prosedur)
Untuk menetukan pilihan klien dan menghindari kecemasan
D.    Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter. Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek American Nurses Association; undang – undang praktik keperawatan negara bagian; dan kebijakan institusi perawatan kesehatan.
E.     Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil – hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan apabila kriteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk kembali ke dalam siklus apabila kriteria hasil belum tercapai.

 


















BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan kesulitan yang dinamakan distosia. Salah satu penyebab distosia itu adalah karena kelainan his yaitu suatu keadaan dimana his tidak normal, baik kekuatannya maupun sifatnya sehingga menghambat kelancaran persalinan. Kelainan his dapat diklasifikasikan menjadi Insersia uteri hipotoni (disfungsi uteri hipotonik) yaitu kontraksi uterus terkoordinasi  tetapi tidak adekuat. Disini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidroamnion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang baik. dan  Insersia uteri hipertoni (disfungsi uteri hipertonik / disfungsi uteri inkoordinasi) yaitu kontraksi uterus tidak terkoordinasi, kuat tetapi tidak adekuat, kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar.


Related Post:

Komentar :

ada 0 komentar ke “ASKEP DISTOSIA KARENA KELAINAN HIS”

Posting Komentar

Designed by Berita Update - Belajar SEO dan Blog | Copyright of ARTIKEL KESEHATAN.
 
Copyright © 2012 ARTIKEL KESEHATAN | Design by Christian Tatelu | Download this template here!