jalan menuju keberhasilan

Kamis, 10 Mei 2012

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI


 
A.   PENGERTIAN
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik (Stuart & Sundenn, 1998).
Halusinasi adalah kesalahan persepsi yang berasal dari lima indra (pendengaran, penglihatan, peraba, pengecap penghidu) (Stuart & Laraia, 2001)

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat & Akemat, 2010).
Halusnasi disebabkan olehbanyak faktor, tetapi kemungkinan penyebab terjadinya halusinasi pada klien dengan masalah psikiatrik karena adanya stress psikologi atau kurangnya stimulus dari lingkungan. Stressor ini bisa berasal dari dirinya sendiri seperti klien berfikir negative atau menyalahkan dirinya sendiri, atau stress yang didapatkan dari luar yang bisa berasal dari hubungan yang tidak menyenangkan dengan keluarga, teman atau bahkan pewtugas kesehatan. Kurangnya stimulus lingkungan juga akan menjadi penyebab terjadinya halusinasi, dalam keadaan seperti ini, klien berada dalam kondisi dimana stimulus dari lingkungan sangat kurang sementara stimulus dalam diriinya sangat kuat, apabila hal ini terjadi dalam waktu yang lama maka klien akan mulai berhalusinasi (Nurjanah, 2008).

B.   KARAKTERISTIK / JENIS HALUSINASI MENURUT KELIAT, 2011.
No
Jenis Halusinasi
Data Obyektif
Data Subyektif
1
Halusinasi Dengar (Auditory) adalah halusinasi pendengar dimana seseorang mendengar suara-suara
Bicara atau tertawa sendiri tanpa lawan bicara
Marah-marah tanpa sebab
Mencondongkan telinga kearah tertentu
Menutup telinga
Mendengar suara-suara atau kegaduhan
Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
2
Halusinasi penglihatan (Visual) adalah dimana seseorang melihat gambaran mungkin dalam bentuk lintasan cahaya, gambaran geometris, gambaran kartun atau pandangan yang terperinci atau kompleks.
Menunjuk-nunjuk kea rah tertentu
Ketakutan pada objek yang tidak jelas
Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, gambar kartun, melihat hantu atau monster.
3
Halusinasi penghidu (Olfactory) adalah dimana seseorang membaui bau busuk, sangat menjijikan, bau tengik seperti darah, air kencing atau kotoran manusia tetapi kadang-kadang bau bisa menyenangkan
Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
Menutup hidung
Membaui bau-bauan seperti bau feces, darah, urin, kadang-kadang bau itu menyenangkan
4
Halusinasi pengecapan (gustatory) adalah dimana seseorang mengecap sesuatu yang busuk, menjijikan, rasa tengik seperti darah, air kencing atau kotoran manusia
Sering meludah
Muntah
Merasakan rasa seperti darah, urine, feces.
5
Halusinasi peraba (tactile) adalah dimana seseorang mengalami perasaan tidak nyaman atau nyeri tanpa adanyya rangsangan
Menggaruk-garuk permukaan kulit
Mengatakan ada serangga dipermukaan kulit
Merasakan seperti terdapat sesuatu di permukaan kulit
Merasa seperti tersengat listrik

C.   HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN PADA KASUS HALUSINASI
1.    Jenis dan isi halusinasi
Data objektif dapat dikaji dengan cara mengobservasi prilaku klien, sedangkan data sebyektif dapat dikaji dengan melakukan wawancara. Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi klien.
2.    Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Hal ini dilakkukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi sehingga klien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.
3.    Respons terhadap halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan klien ketika halusinasi itu muncul. Hal apa yang dirasakan atau dilakukan klien saat halusinasi itu muncul. Selain itu juga dapat mengobservasi prilaku klien saat halusinasi timbul.
D.   ETIOLOGI
Menurut Stuart (2007) faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah :
1.      Faktor Predisposisi
a.       Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami.
b.      Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya  kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
c.       Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetyttranferase (DMP). Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neutransmiter otak. Misalnya terjadi ketidak seimbangan asetylcholin dan dopamin.
d.      Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua skizofrenia cendrung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
e.       Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan pasien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis pasien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup pasien.
f.       Sosial Budaya
Secara umum pasien dengan gangguan  halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi sosial, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.
2.       Faktor Presipitasi
a.       Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak yang mengatur proses inflamasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b.      Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan untuk menentukan tejadinya gangguan perilaku.
c.       Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

E.   TANDA DAN GEJALA
1.      Bicara sendiri
2.      Senyum sendiri
3.      Ketawa sendiri
4.      Menggerakkan bibir tanpa suara
5.      Pergerakan mata yang cepat
6.      Menarik diri dari orang lain
7.      Berusaha untuk menghindari orang lain
8.      Perilaku panik
9.      Curiga dan bermusuhan
10.  Ekspresi muka tegang
11.  Tampak tremor dan berkeringat
12.  Mudah tersinggung, jengkel dan marah
13.  Pehatian dengan lingkungan yang kurang
14.  Tidak dapat membedakan realita dan tidak
15.  Bertindak merusak diri, lingkungan dan orang lain
16.  Diam
17.  Rentang perhatianhanya beberapa detik atau menit
F.    TAHAPAN HALUSINASI
Tahap
Ciri-ciri
Perilaku yang dapat diobservasi
Comforting
Halusinasi menyenangkan,
Cemas ringan
Klien yang berhalusinasi mengalami emosi yang intense seperti cemas, kesepian, rasa bersalah, dan takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan. Seseorang mengenal bahwa pikiran dan pengalaman sensori berada dalam kesadaran control jika kecemasan tersebut bisa dikelola.
Tersenyum lebar, menyeringai tetapi tampak tidak tepat
Menggerakan bibir tanpa membuat suara
Pergerakan mata yang cepat
Respon verbal yang lambat seperti asyik
Diam dan tampak asyik
Comdemning
Halusinasi menjijikan,
Cemas sedang
Penngalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien yang berhalusinasi mulai merasa kehilangan control dan mungkin berusaha menjauhkan diri, serta merasa malu dengan adanya pengalaman sensori tersebut dan menarik diri dari orang lain.
Ditandai dengan peningkatan kerja system saraf autonomic yang menunjukan kecemasan misalnya terdapat peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
Rentang perhatian menjadi sempit
Asyik dengan penngalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realitas.
Controlling
Pengalaman sensori berkuasa,
Cemas berat
Klien yang berhalusinasi menyerah untuk mencoba melawan pengalaman halusinasinya. Isi halusinasi bisa menjadi menarik/meimkat. Seseorang mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori berakhir.
Arahan yang diberikan halusinasi tidak hanya dijadikan objek saja oleh klien tetapi mungkin akan diikitu/dituruti
Klien mengalami kesulitan berhubungan dengan orang lain
Rentang perhatian hanya dalam beberapa detik atau menit
Tampak tanda kecemasan berat seperti berkeringat, tremor, tidak mampu mengikuti perintah.
Conquering
Melebur dalam pengaruh halusinasi,
Panic
Pengalaman sensori bisa mengancam jika klien tidak mengikuti perintah dari halusinasi. Halusinasi mungkin berakhir dalam waktu empat jam atau sehari bila tidak ada intervensi terapeutik
Perilakku klien tampak seperti dihantui terror dan panic
Potensi kuat untuk bunuh diri dan membunuh orang lain
Aktifitas fisik yang digambarkan klien menunjukan isi dari halusinasi misalnya klien melakukan kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonia
Klien tidak dapat berespon pada arahan kompleks
Klien tidak dapat berespon pada lebih dari satu orang

G. 
Risiko Perilaku Kekerasan
 
PATHWAYS








Isolasi Sosial : Menarik Diri
 
 







H.  DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan Sensori Persepsi: halusinasi

I.      RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
SP Klien
SP Keluarga
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
SP 1:
a.  Membantu pasien mengenal Halusinasi (isi, frekuensi, waktu terjadinya, situasi pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi)
b. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi
c.  Mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi
SP 1:
a.  Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang di alami pasien, gejala dan tanda halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi.
SP 2:
a.  Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
SP 2:
a.    Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan pasien
b.    Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi langsung dihadapan pasien
SP 3:
a.  Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melaksanakan aktivitas terjadwal.
SP 3:
a.    Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
SP 4 :
a.  Melatih pasien menggunakan obat secara teratur.


J.     TINDAKAN KEPERAWATAN
1.    Tindakan Keperawatan pada klien
a)    Tujuan Keperawatan
·      Klien dapat mengenal halusinasi yang dialaminya
·      Klien dapat mengontrol halusinasinya
·      Klien mengikuti program pengobatan secara optimal
b)   Tindakan Keperawatan
·      Bantu klien mengenal halusinasi
Dalam membantu klien mengenal halusinasinya, perawat dapat berdiskusi dengan klien tentang isi halusinasi (apa yang didengar, dilihat atau dirasa), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan terjadinya halusinasi, dan respon klien saat halusinasi itu muncul.

·      Melatih klien mengontrol halusinasi
1)   Menghardik halusinasi
~     Menjelaskan cara menghardik halusinasi
~     Memperagakan cara menghardik
~     Meminta klien memperagakan ulang
~     Memantau penerapan cara, menguatkan perilaku klien.

2)   Bercakap-cakap dengan orang lain
          Bercakap-cakap dengan orang lain dapat membantu mengontrol halusinasi, ketika klien bercakap-cakap dengan orang lain terjadi distraksi yaitu focus perhatian klien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain. Anjurkan atau ingatkan kepada klien bahwa ketika waktu-waktu yang diperkirakan sebagai waktu halusinasi tersebut muncul maka kien diharapkan langsung mencari teman untuk bercakap-cakap.

3)   Melakukan aktivitas yang terjadwal
~     Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi
~     Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan klien
~     Melatih klien melakukan aktivitas
~     Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih. Upayakan agar klien memiliki aktivitas muali dari bangun pagi sampai dengan tidur malam.

4)   Minum obat secara teratur
~     Jelaskan kegunaan obat
~     Jelaskan akibat putus obat
~     Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
~     Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 6B plus.

2.    Tindakan Keperawatan pada keluarga





DAFTAR PUSTAKA

Ø  Azis R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003
Ø  Yosep Iyus,  S.Kp, M.Si. (2010). Keperawatan Jiwa, Bandung : PT Reflik Aditama
Ø  Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan jiwa, Jakarta : EGC, 1995
Ø  Townsend, M.C. (1998). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri, Pedoman Untuk pembuat rencana keperawatan, Jakarta : EGC
Ø  Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000
Ø  Stuart and Sundeen (1998). Buku Saku Keperawatan Kesehatan jiwa, alih bahasa Hapid AYS, Jakarta : Penebit Buku kedokteran EGC



Related Post:

Komentar :

ada 0 komentar ke “LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI”

Posting Komentar

Designed by Berita Update - Belajar SEO dan Blog | Copyright of ARTIKEL KESEHATAN.
 
Copyright © 2012 ARTIKEL KESEHATAN | Design by Christian Tatelu | Download this template here!